PANDANGAN CINTA
cinta itu ibarat menggenggam pasir, semakin qt cengkram lebih kuat semakin banyak pasir yg akan jatuh dr genggaman...
Blog Archive
-
▼
2010
(38)
-
▼
Juli
(30)
- Tips Doa Untuk Kekasih
- INTEGRITAS CINTA
- KATA - KATA BIJAK TENTANG CINTA
- cinta
- 13 FEBRUARI 2009
- MENGOREK AKAR KECEMBURUAN ( PROTECTIF)
- CERITA CINTA "Cinta yang tak sanggup dipegang"
- Motivasi untuk terus menghadapi kehidupan
- ITU LAH CINTA ....????
- Dj. Randy
- Cara Agar Semakin Romantis dengan Pasangan
- Motivasi untuk terus menghadapi kehidupan
- Hati-hati Patah Hati Ngomongin soal patah hati, pa...
- Tips Melupakan Patah Hati
- KETIKA HATI INI TERLUKA
- CINTA TERAKHIR " ARI LASO "
- MALAM
- Tip Memahami Seorang Lelaki
- Cut Tari Minta Ariel dan Luna Maya Cepat Mengaku
- Lirik lagu Goliath Masih Disini Denganmu
- AKU HARUS JUJUR
- Masih Disini Denganmu
- DEMI CINTA
- AKU HARUS JUJUR
- Kerispatih – Tak lekang Oleh waktu
- KERISPATIH TAK LEKANG OLEH WAKTU
- AKU HARUS JUJUR
- YANG DI MAU CEWE DARI COWO....!!!! APA YA ?.......
- Tipe-Tipe Cewek Yang Disukai Sama Cowok
- KIAT MENJAGA HUBUNGAN DENGAN SI DOiii
-
▼
Juli
(30)
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
Feedjit
Rabu, 14 Juli 2010
Motivasi untuk terus menghadapi kehidupan
BENIHSuatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar,
duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu. Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..." terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang. "Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?" "Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini." Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah? Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara. "Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama. Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar." "Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran." Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
LINK UNTUK MENCARI UANG
JANGAN LUPA KOMEN YA
Label
- Download Video Musik (5)
- Gisip Artis (1)
- Lirik Lagu (2)
- TENTANG AGAMA KU ISLAM (1)
- TENTANG WANITA (1)
- Tips Cinta (4)
- tips kesehatan (1)
0 komentar:
Posting Komentar